Hujan deras mengguyur Jombang sejak sore menjelang waktu maghrib waktu setempat, Selasa (18/4). Lebih dari dua jam hujan lebat itu mengguyur, namun tidak membatalkan rencana kegiatan malam pentas seni hari kedua Festival Wirakarya Kampung Kelir Pramuka 2017 di Jombang itu. Pelaksanaan malam pentas seni hanya mundur 15 menit dari waktu yang dijadwalkan sebelumnya karena menunggu hujan sedikit reda.
Dikatakan oleh Ketua Dewan Kerja Pramuka Penegak dan Pandega Kwartir Cabang (DKC) Jombang Kak Anggara Bagus Pamungkas bahwa malam pentas seni adalah acara untuk resfreshing bagi peserta kegiatan bertema seni dan budaya. “Gak mungkin bila digagalkan. Semua kontingen cabang telah mempersiapkan penampilan mereka jauh hari sebelum pelaksaan,” kata Kak Anggara Bagus Pamungkas kepada Kwarda Jatim.
Pada malam pentas seni hari kedua festival ini ada 6 penampilan seni budaya. “Masing-masing kontingen menampilkan unjuk kreasinya. Kontingen Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Kota Madiun, Nganjuk dan Jombang masing-masing tampil. Keren partisipasi mereka,” kata Kak Dyah, panitia dari Dewan Kerja Pramuka Penegak dan Pandega Kwartir Daerah Gerakan Pramuka (DKD) Jawa Timur.
Kontingen Kabupaten Mojokerto menampilkan tari Mayang Rontek. Kontingen Kota Madiun menampilkan seni bela diri. Kontingen Kota Mojokerto menampilkan kesenian ludruk. Kontingen Kabupaten Nganjuk menampilkan tari Oglek. Kontingen Kabupaten Jombang menampilkan dance semaphore dan tari Maumere atau Gemu Famire. Sedangkan kontingen Kabupaten Madiun menampilkan drama pemberontakan PKI Madiun.
Penampilan tari Gemu Famire atau tari Maumere menjadi penampilan yang paling atraktif pada pentas seni malam kedua Festival Wirakarya Kampung Kelir Pramuka 2017 di Jombang itu. Betapa tidak, tarian dari Indonesia timur itu sangat familiar di kalangan peserta. Alhasil hampir semua peserta bergerak bersama mengikuti gerakan yang diperakan oleh penari dari kontingen Jombang di atas panggung.
Sementara itu, drama pemberontakan PKI Madiun yang dipertunjukkan oleh kontingen Kabupaten Madiun membuat lebih dari 600 orang yang memadati lapangan itu diam membisu. Betapa tidak, drama itu seolah menunjukkan betapa kejamnya pemberontakan PKI yang dilakukan di Madiun pada tahun 1960-an. (ron)
Keterangan foto utama: Penampilan kontingen Kabupaten Madiun pada sesi akhir drama pemberontakan PKI Madiun