Beragam kreatifitas seni ditampilkan oleh peserta Festival Wirakarya Kampung Kelir Pramuka (FWKKP) 2017 di Desa Tambak Cemandi, Kecamatan Sedati, Sidoarjo pada pentas seni malam kedua, Selasa (9/5). Mulai dari seni tradisional hingga seni modern dan kolaborasi ditampilkan di atas panggung megah festival ini.
Ludruk atau drama dari kontingen Surabaya seolah membuat lelah semua lelah peserta lenyap bersamaan dengan canda tawa seluruh peserta yang memadati lapangan desa nelayan itu. Namun, tidak hanya candaan yang disajikan, ada juga pesan moral betapa sesama manusia harus saling menolong dan saling memaafkan kesalahan orang lain.
Hujan deras yang sempat mengguyur pelaksanaan pentas seni malam kedua festival zona terakhir itu juga tidak melunturkan semangat peserta untuk bergiat hingga tuntasnya semua penampilan. Hujan deras seolah hanya jeda bagi mereka. 9 tampilan seni pun silih berganti menghibur sekitar 1000 orang yang berkumpul di lapangan itu.
Selain penampilan drama dari kontingen Surabaya, gelar seni yang tampil pada malam kedua itu adalah musik patrol dani kontingen Sidoarjo, ludruk Sidoarjo, serta beat box dan vocal group Surabaya. Ada juga tartil dari Surabaya, The Ruwet dari Sidoarjo, tari Jejer dari Surabaya dan Semaphore dance dari Barkowil Sidoarjo.
Pada malam harinya, evaluasi kembali digelar oleh tim Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Timur dengan panitia pelaksana Festival Wirakarya Kampung Kelir Pramuka 2017 di Desa Tambak Cemandi, Sedati. Keamanan peserta dan kualitas pengecatan menjadi perhatian dari evaluasi yang dilaksanakan malam itu.
Untuk keamanan peserta, panitia pelaksana festival zona terakhir ini diminta dengan tegas melarang peserta melakukan pengecatan atap rumah warga atau fasilitas umum. Sebab, pengecatan akan dilakukan oleh tenaga profesional. Peserta juga dilarang membuat gambar pada dinding yang sudah dicat. Sebab, mural juga dilakukan oleh tenaga yang sudah ditunjuk. (ron)