Aksi ngebor lubang resapan biopori dilaksanakan pada hari kedua Pelatihan Jurnalistik Media Sosial Kwarda Jatim 2017, Minggu (21/5) di Pusdiklatda Argasonya Balongbendo, Sidoarjo. Aksi biopori ini dilakukan oleh peserta pelatihan setelah melakukan olah raga pagi bersama.
Aksi biopori ini adalah perwujudan upaya pelestarian lingkungan hidup dan realisasi Gerakan Sejuta Biopori Pramuka Jatim 2017 yang telah dicanangkan oleh Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jatim Kak Saifullah Yusuf saat Raker Kwarda Jatim di halaman Masjid Nasional Al Akbar Surabaya pada 23 Maret 2017 lalu.
“Cukup tekan dan putar searah jarum jam bor biopori ini ke tanah. Setelah mata bor penuh dengan tanah, angkat bornya dan tanahnya dikeluarkan dari mata bor,” kata Affan Ismail, anggota Dewan Kerja Pramuka Penegak dan Pandega Kwartir Daerah Gerakan Pramuka (DKD) Jatim yang memandu aksi.
Sekitar 10 bor biopori yang disediakan pun digunakan semua oleh peserta pelatihan secara bergiliran. Antrian penggunaan bor nampak. “Bila ngebor biopori dilakukan di lapangan seperti ini, sebaiknya diprioritaskan untuk dilakukan pada tepiannya. Sehingga, tengah lapangan bisa tetap digunakan beraktivitas,” kata Kak Mochamad Zamroni, andalan daerah Kwarda Jatim urusan lingkungan hidup.
Banyaknya batu dan kerikil yang dijumpai dalam melakukan pembuatan lubang resapan biopori banyak dikeluhkan oleh peserta aksi. “Bila menemukan batu dalam proses pembuatan lubang resapan biopori, maka pengeboran bisa dilakukan dengan menggunakan linggis. Idealnya kedalaman lubang resapan biopori adalah 1 meter. Minimal 60 cm,” terang Kak Zamroni.
Lubang resapan biopori yang telah dibuat selanjutnya diisi dengan sampah organik. “Bisa sampah daun, sisa makanan, buah-buahan. Sampah organik ini selanjutnya akan menjadi asupan gizi bagi cacing dan biota tanah lainnya,” jelas Kak Zamroni sambil memasukkan sampah organik yang telah dikumpulkan. Sampah organik yang dimasukkan ke dalam lubang resapan biopori itu akan berubah menjadi kompos dalam waktu sekitar sebulan. (ron)