Pramuka Penegak Bantara dari Gugus Depan 01124 pangkalan SMAN 1 Bojonegoro ini bahagia luar biasa. Pasalnya, keikutsertaannya pada Festival Wirakarya Kampung Kelir Pramuka 2017 di zona Bojonegoro membawa berkah tersendiri. Berkah itu adalah kesempatan untuk berkunjung ke negeri Ginseng Korea Selatan pada Oktober 2017 ini.
Karya teknologi tepat guna (TTG) yang dia buat pada final Festival Wirakarya Kampung Kelir Pramuka di Surabaya pada awal Agustus 2017 memukau dewan juri. Dialah Lailik Rahma Safira dengan karya TTG berupa alat penyerap radiasi elektromagnetik laptop/notebook (sansil).
“Sansil karya saya adalah kepanjangan dari sansivera silinder. Alat ini diciptakan untuk mengurangi dampak negatif dari penggunaan laptop. Prinsip kerjanya adalah dengan menyerap radiasi elektromagnetik dari laptop/notebook sehingga angkanya berkurang secara signifikan,” kata Lailik Rahma Safira yang lahir di Bojonegoro, 14 Mei 2001.
Karya TTG itu didasari karena dampak dari radiasi elektromagnetik dapat memengaruhi kesehatan dalam jangka pendek maupun panjang. “Desain yang menarik dan efektif membuat alat ini cocok untuk dibawa kemana-mana,” terang gadis yang saat ini mengenyam pendidikan di bangku kelas 11 SMAN 1 Bojonegoro ini.
Lailik menjelaskan bahwa bahan aktif dari alat ini adalah sanseviera silinder atau trifasciata green arrow mutation sebagai bahan utama atau biasa disebut tanaman lidah mertua silinder. “Tanaman lidah mertua dapat menyerap berbagai polutan. Salah satunya radiasi elektromagnetik,” jelas Pramuka yang bercita-cita sebagai dokter ini.
Selain itu, arang batok kelapa sebagai bahan tambahan dari sansil ini berfungsi untuk memberikan tekstur dan bentuk dari sansil ini. “Arang batok yang digunakan pada alat buatan saya ini juga membantu penyerapan polutan radiasi,” tambah Lailik yang juga hobi membaca dan menulis ini.
Dari berbagai percobaan yang telah dia lakukan, data yang diperoleh menunjukkan bahwa sansil ini dapat mengurangi radiasi elektromagnetik dari laptop/notebook. “Sehingga sansil dapat membantu meningkatkan kesehatan masyarakat maupun kualitas lingkungan hidup,” lanjut Lailik Rahma Safira.
Dia mengatakan bahwa ide pembuatan TTG sansil ini berasal dari pengalaman pribadinya. “Saya sering memakai laptop di atas paha. Setelah membaca dampak negatifnya dari radiasi elektromagnetik laptop apalagi jika diletakkan diatas paha, saya jadi berinisiatif pengen buat gitu,” terang Lailik.
Dia berharap sansil karyanya lebih bisa dikembangkan. “Terutama dari segi penampilan. Saya juga berharap teknologi tepat guna ini bisa lebih efisien. Semoga para pengguna laptop juga bisa menggunakan alat ini, bisa berbagi ilmu, intinya,” tambah Lailik Rahma Safira.
Untuk membuat sansil ini, Lailik mengaku penuh tantangan. “Pembuatan sansil ini penuh tantangan terutama saat menghaluskan sansevieranya. Yang saya pakai adalah sansivera silinder. Nah itu dia teksturnya sangat keras. Saya sampai merusakkan 2 blender,” kata Lailik.
Saat melakukan percobaan pembuatan sansil, dia juga sempat kesulitan mencari alat pendeteksi radiasi elektromagnetiknya. Saya coba di Bojonegoro, Tuban, sampai Surabaya pun tidak ada. Akhirnya saya cari di toko online, dan dapat. Alhamdulillah,” tutur Lailik Rahma Safira. (ron)