Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Timur akan menyelenggarakan Workshop Literasi. Workshop dalam rangka meningkatkan kemampuan literasi bagi anggota Pramuka Jawa Timur ini akan dilaksanakan Sabtu, 29 Juni 2019 pukul 08.00 – 14.00 WIB di Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jatim, Jalan Raya Kertajaya Indah 77 A Surabaya.
Peserta workshop ini adalah terbuka umum bagi anggota Pramuka Penegak, Pandega, atau Pembina. Jumlah peserta maksimal workshop ini adalah 50 orang. Calon peserta juga diharuskan sudah memiliki kartu tanda anggota (KTA) Pramuka SIPA dan bersedia menjadi kontributor media Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jatim.
Selanjutnya calon peserta workshop ini diminta membuat artikel dengan tema pengalaman kegiatan pengabdian masyarakat, pendidikan, atau lingkungan hidup (pilih sala satu tema). Sertakan data diri dan kontak yang dapat dihubungi. Dikirim melalui komentar ke artikel ini dan email humaskwardajatim@gmail.com paling lambat 26 Juni 2019.
Artikel yang lolos seleksi akan diumumkan melalui media online Kwartir Daerah Jawa Timur pada 27 Juni 2019. Informasi lebih lanjut melalui narahubung atas nama Kak Andika 0812-8969-7068.
Workshop Literasi Pramuka Jatim 2019 ini tidak dipungut biaya alias gratis. Peserta workshop akan mendapatkan piagam Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Timur. Sedangkan pada saat pelaksanaan workshop, peserta diminta mengenakan seragam Pramuka.
Penulis: Rochman
Penyunting: Mochamad Zamroni
Nama : Hariski Bashori
TTL : Wonosobo, 01 Januari 2001
Alamat : Jl. Brigjend Katamso no.70, Kotakulon, Bondowoso, Jawa Timur
No HP : 081327427108
ARAH PENDIDIKAN MASA DEPAN DALAM KONTEKS PERKEMBANGAN DIGITAL LEARNING
(Digital Society Sebagai Tren Belajar Masa Kini)
Pendidikan zaman sekarang di Dunia Pendidikan ini diwarnai dengan pengaruh globalisasi. Pendidikan kehilangan maknanya sebagai sarana pembelajaran. Kemudian muncul sebuah ide Home Schooling, yaitu pendidikan yang tidak mengandalkan institusi formal, tapi tetap bisa dilakukan di rumah sesuai kurikulum. Home Schooling adalah pola pendidikan yang dilatarbelakangi adanya ketidakpercayaan terhadap fenomena negatif yang umum terdapat pada institusi formal: adanya bullying, serta metode yang didaktis dan seragam. Namun bukan berarti institusi pendidikan formal tidak menyesuaikan diri. Kini, timbul kesadaran bahwa prestasi bukanlah angka-angka yang didapat di ujian, atau merah-birunya rapor. Melainkan adanya kesadaran akan pentingnya sebuah kurikulum berdasarkan kompetensi.
Sebagai sebuah usaha sadar dan terencana untuk meningkatkan kompetensi manusia,pendidikan telah melalui berbagai tahapan evolusi dalam perkembangannya. Manusiasebagai subyek sekaligus obyek dalam pendidikan secara dinamis telah mengalamiberbagai kejadian dan peristiwa sejalan dengan kemajuan jaman itu sendiri. Fenomenaglobalisasi yang dipicu dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telahberhasil meruntuhkan batas-batas ruang dan waktu yang selama ini menjadi penyekatsekaligus pembatas berbagai usaha manusia untuk belajar. Adalah merupakan suatukenyataan bahwa pesatnya perkembangan teknologi yang ditandai dengan munculnyaberbagai inovasi dan kreasi telah menyebabkan terjadinya perubahan pola pikir danperilaku manusia dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Aplikasi semacam e-learning,e-education, e-library, virtual class, smart campus, digital board, dan lain-lain – tidaksaja memberikan alternatif mengenai bagaimana melakukan proses pembelajaran diabad ke-21 ini, namun dalam berbagai kasus telah mengubah karakteristik dari prosesbelajar mengajar itu sendiri. Konsep seperti pendidikan terbuka (open education),pendidikan jarak jauh (distance education), open educational resources (sumber dayapendidikan terbuka), dan lain sebagainya telah menjadi sebuah gerakan yang semakinmasif dan mendunia. Tidak berlebihan jika sejumlah praktisi pendidikan melihatfenomena ini sebagai sebuah transformasi yang bersifat revolusioner dan akanmengubah ekosistem pendidikan di masa depan. Makalah ini mencoba untuk melihatarah pendidikan masa depan dipandang dalam konteks perkembangan teknologiinformasi dan komunikasi. Agar perspektif yang dipergunakan utuh dan holistik, makapembahasan dibagi menjadi beberapa topik sesuai dengan aspek dan komponen padaekosistem pendidikan Indonesia, yang secara lugas dikelompokkan ke dalam delapanStandar Nasional Pendidikan, yaitu: kompetensi lulusan, isi, proses, pendidik dantenaga kependidikan, sarana prasarana, biaya, penilaian, dan pengelolaan
Kompetensi yang harus juga dimiliki oleh peserta didik adalah penguasaan teknologi. Saat inipemanfaatan teknologi dalam dunia pendidikan seperti dalam kegiatan belajar mengajar sampai administrasi pendidikan, menjadi sebuah momok dalam dunia pendidikan di Indonesia, bagaimana tidak?. Indonesia beramai-ramai saat ini mengadaptasi pendidikan dari luar negeri yang sistem pendidikannya dinggap bagus seperti Singapura, Jepang, Amerika sampai dengan Australia sebagai upaya proses modernisasi. Mulai kurikulumnya, kegiatan belajar mengajarnya, Manajerialnya sampai dengan metode pengevaluasian peserta didik, namun pengadaptasian itu tidak diimbangi dengan pemanfaatan teknologi berbasis budaya lokal sehingga ketimpangan dan ketidakberdayaan Indonesia dalam menyeimbangkan proses adapatasinya menjadikan tujuan pendidikan menjadi bias dan terkendala mulai dari jarak, ruang dan waktu dalam pemanfaatan teknologi ini. Selain itu masalah peningkatan kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan dianggap lepas dari pengawasan dan kontrol pemerintah, kompetensi pendidik tidak merata keseluruh pelosok negeri ini, penggelontoran dana bermilyar-milyar habis tanpa ada output yang diharapkan.
Atas dasar pemikiran diatas maka proses “westernisasi” ke arah modernisasi terhadap seluruh lapisan dunia pendidikan nasional menjadikan sebuah tuntutan pendidikan sekarang dan masa depan negara ini, mau tidak mau pemerintah harus cepat meresponnya. Ketidakmerataan informasi dan akses pendidikan di seluruh Indonesia juga akan menggangu proses modernisasi pendidikan di masa yang akan datang.Banyk sekali para pendidik dengan alasan kemanusiaan membantu para anak didik mereka di ujjian nasional. Padahal mereka tau dan mengerti betul tentang hal tersebbut tidak bisa dilakukan. mereka menganggap anak didik mereka tdk diperlakukan secara adil karena mereka mengenyam di bangku sekolah dengan fasilitas yang sangat minim dan kurangnya informasi.
Di era serba digital saat ini, segala informasi dapat diperoleh melalui Internet, mulai dari berita kriminal hingga hasil skor pertandingan bola tim favorit kita.Belum lagi membicarakan tentang sosial media, sekarang ini anak-anak, remaja, hingga yang sudah berumur memiliki minimal satu akun sosial di berbagaiplatform. Menurut data Indonesia Digital Landscape tahun 2018 yang dikeluarkan oleh Hootsuite, Indonesia memiliki 130 juta pengguna aktif media sosial. Pengguna tersebut rata-rata menghabiskan waktu 8 jam dalam sehari di internet, yakni hampir setengah hari.Penggunaan internet yang tinggi itu terjadi juga peningkatan sebesar 25% pada penggunaan sosial media di tahun 2018 daripada 2017.Kemudian, apa kaitannya dengan proses belajar?
Pada tahun 1971, Albert Bandura menemukan teori social learning. Bandura berpendapat bahwa faktor lingkungan dan kognitif seseorang dapat mempengaruhi proses belajar. Ketika seseorang berinteraksi dengan lingkungan, sebenarnya terjadi proses belajar, mungkin tanpa Ia sadari. Berbekal teori belajar sosial dan teknologi yang kini berkembang makin pesat, ada baiknya kegiatan di Internet digunakan untuk hal-hal yang positif seperti belajar dan mencari informasi yang mampu meningkatkan kemampuan dan menambah pengetahuan.
Learning management system (LMS) merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menerapkan social learning di lembaga pendidikan formal maupun non-formal. Melalui LMS, seorang pengajar mampu mendesain dan mengelola kelasnya secara virtual, tanpa melakukan tatap muka. LMS yang berkembang di Indonesia hingga saat ini dirasa masih belum digunakan secara optimal untuk belajar, padahal dengan menerapkan teori social learning ke dalam LMS, banyak manfaat yang dapat diperoleh dari lembaga pendidikan tersebut.
Berikut ini beberapa tips yang penulis himpun dari beberapa sumber mengenai pemanfaatan social learning dalam LMS.
Feed berita social
Feed berita sosial merupakan fitur yang cukup penting pada setiap platform sosial.Feed atau umpan berita dapat memberikan gambaran umum mengenai seluruh aktivitas dan memungkinkan pengguna untuk menambahkan komentar atau memberikan like untuk orang lain. Pada platform belajar, fitur ini dapat digunakan pada berbagai aplikasi. Pengguna dapat berbagi artikel terkait topik yang sedang mereka ingin pelajari. Admin juga dapat menggunakan feed berita sosial untuk bertanya maupun membuat survey kecil-kecilan.
Grup Diskusi
Didalam platform belajar, mungkin ada sekelompok yang memiliki ketertarikan pada topik-topik tertentu. Grup diskusi dapat dijadikan salahsatu fitur yang mampu menampung sekelompok orang untuk menyampaikan dan saling bertukar ide. Dengan demikian, mereka dapat membantu organisasi untuk semakin berkembang dengan ide-ide baru untuk diimplementasi dan di ujicoba.
Area “Tanya Ahlinya”
Area “pertanyaan yang sering ditanya” memang sering digunakan dalam masih efektif apabila digunakan di website, namun lain halnya apabila hal tersebut diterapkan di LMS yang dibiarkan terbuka begitu saja, umumnya ruang pertanyaan tersebut akan terbengkalai. Alternatifnya yaitu mengumpulkan para subject matter expert (SME) untuk topik-topik tertentu kedalam satu grup, kemudian buatlah area kecil untuk bertanya. Jawaban-jawaban para SME akan disimpan agar pengguna lainnya dapat belajar dari pertanyaan yang pernah dijawab oleh ahlinya.
Live Chat
Fitur yang umumnya mulai diimplementasikan di website e-commerce ini juga dapat digunakan di LMS, bagi pengguna yang tidak ingin percakapannya muncul dan dilihat oleh orang lain, dapat berkomunikasi langsung dengan fitur live chat. Fitur ini dapat digunakan tidak hanya untuk chat ke sesama pengguna LMS, melainkan juga SME yang mungkin sedang online. Dengan demikian, memungkinkan adanya sesi belajar yang lebih privat dengan SME.
Rating Konten dan Kolom Komentar
Bagi pengembang konten belajar, terkadang kita merasa ada dinding pemisah antara pengembang dengan pengguna. Dinding tersebut dapat kita atasi dengan membuat fitur rating dan menambahkan kolom komentar pada setiap konten yang dibuat. Selain itu, fitur-fitur tersebut juga dapat memungkinkan adanya ruang untuk improvisasi dan apresiasi. Pengguna juga dapat menandai konten-konten yang perlu diperbaharui.
Konten yang Dibuat Pengguna
Memberikan keleluasaan bagi pengguna untuk membuat kontennya sendiri merupakan hal yang sangat membantu terbentuknya proses social learning. Ditambah dengan semakin canggihnya teknologi gawai masa kini, pengguna dapat langsung membuat konten dalam bentuk video. Dengan demikian, bank aset belajar akan semakin bertambah, meskipun masih diperlukan juga sistem standarisasi dan kontrol terhadap kualitas agar konten yang tersebar tidak keluar dari konteks pembelajaran.
Peningkatan Profil Pengguna
Area profil pengguna merupakan fitur standar pada tiap aplikasi berbasis web. Namun demikian, fitur ini tidak di-optimalisasi, padahal banyak potensi yang dapat digali dengan menerapkan fitu profil. Profil pengguna dapat menampilkan alamat email dan program yang mereka ambil, tapi kenapa hanya sampai disitu? Publik profil memungkinkan pengguna untuk menambahkan keterampilan yang mereka miliki, passion, dan berbagi tentang momen-momen belajar terbaik mereka.
Gamification
Fungsi sosial sudah cukup baik, tapi terkadang pengguna membutuhkan insentif tambahan. Gamification sangat cocok disandingkan dengan social learning, karena pengguna dapat mendapat sebuah apresiasi dengan jumlah log in, berinteraksi dengan pengguna lain dan mendapat lencana setelah berbagi wawasan baru.Leaderboards menunjukan siapa yang mendapatkan poin dan lencana terbanyak, sehingga dapat menimbulkan kompetisi kecil-kecilan, dan menambah alasan untuk terus log-in.
Lencana Apresiasi
Setiap orang pasti menyukai umpan balik, meski tidak selalu positif. Tanpa adanya batas komunikasi antara pengajar dan pengguna, sangat sulit untuk memberikan apresiasi atau kritik membangun. Penerapan fitur gabungan antara sosial dan gamifikasi pada LMS, dapat ditambahkan dengan lencana apresiasi. Lencana tersebut memungkinkan pengajar memberikan penghargaan bagi pengguna dan yang lebih penting – mengapresiasi atas apa yang diperoleh pengguna tersebut.
Integrasi dengan Jaringan Sosial
Berdasarkan data digital yang telah dijelaskan sebelumnya, hampir dapat dipastikan setiap pengguna LMS telah aktif di sosial media. Integrasi LMS dengan sosial media memungkinkan para pengguna untuk berbagi prestasi yang telah mereka raih dengan pengikut di jaringan Twitter, Facebook, maupun LinkedIn.
Optimalisasi Mobile
LMS yang dapat diakses dengan mudah dan darimana saja, akan meningkatkan interaksi sosial didalamnya. Oleh karena itu LMS haruslah dibuat responsif ketika digunakan di aplikasi mobile. Pada akhirnya, implementasi social learning dalam LMS tidak akan optimal apabila tidak didukung dengan budaya digital yang baik, entah itu dari pengguna, pengelola, dan pengembang.
TRI PANJIANTO
Pembina Gugusdepan Tuban 17-021/17.022 Pangkalan SD Negeri Bulurejo I Rengel Tuban
tripanjiantopgsd70@gmail.com
085785335736
Kami blm pernah dpt informasi ttg SIPA. Tentu blm pny nomor SIPA. Bagaimana?
Urus di Kwarcab ya
mohon maaf. terkait kegiatan ini ada perubahan waktu pelaksanaan. diajukan menjadi tanggal 29 Juni 2019 hari sabtu.
Siapa saja yang lolos kak??
Kak pengumumannya lewat apa??
sudah mencantumkan No. WA? kami masukkan kedalam Grub WA peserta WL. atau kami balas email kakak. bahwa menerangkan klo kakak lolos seleksi. terima kasih.