Bencana banjir yang terjadi pada awal tahun 2020 di Daerah Khusus Ibukota Jakarta menjadi pembelajaran bagi semua yang mau berpikir kritis. Bahwa alam butuh perhatian serius, yang harus ditindaklanjuti dengan aksi nyata sederhana. Dengan melibatkan semua pihak. Bahkan dengan melibatkan setiap individu. Juga melibatkan semua keluarga.
Bahwa pemanasan global dan perubahan iklim yang semakin memburuk membuat hujan sporadis sering terjadi. Semakin berkurangnya ruang hijau terbuka untuk meresapnya air hujan, membuat air hujan banyak hanya mengalir di permukaan, berlanjut ke sungai dan laut. Padahal, seyogyanya air hujan harus banyak meresap ke dalam tanah.
Belum lagi, sudah menjadi rahasia umum, bahwa kapasitas saluran air dan sungai berkurang karena banyaknya sampah dan endapan. Penggunaan energi listrik bersumber dari fosil yang terus dilakukan oleh masyarakat menyebabkan semakin banyaknya gas rumah kaca di atmosfer bumi. Pemenasan global dan perubahan iklim pun terus memburuk.
Merujuk ulasan sekilas itu, maka aksi nyata lingkungan hidup terkait dengan penambahan pohon, pengolahan sampah, penghematan energi dan pengefektifan saluran air perlu dilakukan banyak individu bersama keluarganya. Setiap anggota pramuka, bersama keluarganya bisa berperan sangat aktif. Dengan membiasakan aksi Keluarga Sadar Iklim Tunas Hijau berikut ini:
1. Mengurangi sampah kemasan produk, diantaranya dengan membeli produk dalam kemasan besar daripada saset/kecil, atau menghindari konsumsi produk dengan kemasan sekali pakai;
2. Mengurangi sampah plastik tas belanja sekali pakai, di antaranya dengan selalu menghindari kresek saat belanja dan membawa tas belanja non plastik berulang kali pakai;
3. Memilah sampah non organik berdasarkan jenisnya ditindaklanjuti dengan pengolahan secara tuntas di rumah. Pengolahan secara tuntas berarti bisa dengan menjualnya, dan/atau menyumbangkannya kepada pemulung atau pengepul atau bank sampah terdekat. Di antara jenis sampah non organik adalah sampah kaleng, plastik, kertas, dan bahan beracun berbahaya (B3) seperti baterai serta kaleng spray;
4. Mengolah sampah organik menjadi kompos di rumah. Bisa dilakukan dengan menggunakan keranjang takakura, tong komposter aerob, lubang resapan biopori atau budidaya maggot;
5. Mengumpulkan jelantah atau minyak goreng bekas di rumah kemudian disetor ke bank sampah;
6. Mengajak tetangga sekitar rumah mengumpulkan jelantah;
7. Memanfaatkan lahan kosong dan/atau sempit di rumah dengan pohon pelindung dan/atau sedikitnya tanaman dalam pot;
8. Mengajak pengolahan sampah kepada keluarga sekitar;
9. Memprakarsai dan/atau ikut serta aksi bersih-bersih saluran air/sampah di sekitar;
10. Membuat lubang resapan biopori di rumah dan sekitarnya;
11. Menghemat penggunaan energi di rumah;
12. Mengajak keluarga lain di sekitar rumah aksi hemat energi, olah sampah, menanam pohon dan membuat lubang resapan biopori;
13. Mengikuti, dan/atau memprakarsai aksi penanaman pohon di lahan kosong sekitar.
Pelibatan banyak individu bersama keluarganya secara aktif merealisasikan Keluarga Sadar Iklim Tunas Hijau itu dalam kehidupan sehari-hari akan mampu memperlambat pemanasan global dan perubahan iklim. Bencana lingkungan juga akan bisa diminimalkan.
Setiap anggota pramuka di Jawa Timur, dan dimana pun berada, bisa challenge keluarga mereka untuk merealisasikan hal tersebut. Pandemi COVID-19 yang mengharuskan lebih banyak bergiat individu di rumah, tentu akan menjadi lebih bermanfaat dengan aksi-aksi positif tersebut.
Apresiasi khusus bisa diberikan kepada anggota pramuka yang berhasil merealisasikan Keluarga Sadar Iklim Tunas Hijau itu untuk semakin menggelorakan aksi bersama peduli lingkungan hidup ini.
Penulis: Zamroni