Beragam kegiatan Pramuka diikutinya. Kegiatan saat masih menjadi peserta didik, maupun kegiatan anggota dewasa. Kegiatan pelatihan, kegiatan pesta seperti jambore dan raimuna, serta kegiatan aksi Pramuka peduli bencana. Kegiatan tingkat kecamatan, hingga kegiatan tingkat nasional. Sebagai peserta, panitia, bahkan instruktur.
Dialah Kak Joeli Esmawanto, atau akrab dengan panggilan Kak Kipo. Beragam brevet sebagai tanda bukti keahlian, kepandaian, atau kemampuan pun diraih Pelatih Pembina Pramuka kelahiran Malang, 11 Juli 1970 ini. Brevet itu adalah Para Layang, Gantole, Possi, ADS, Para Dasar, Lintas Selat, Layar Muhiba Dewaruci, dan Brigade Penolong.
Beragam jabatan kepramukaan pun pernah diamanahkan kepadanya. “Saat ini pengurus Brigade Penolong 13 Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Timur 2016-2020 bidang pendidikan latihan dan operasional,” kata Kak Kipo yang pernah bertugas dalam pemulihan pasca Tsunami Aceh 2004.
Diantara jabatan yang pernah diembannya adalah ketua DKR Klojen, Malang 1987-1990, sekretaris DKC Kota Malang 1990-1995, andalan binamuda Kwartir Ranting Klojen 1996-1999 dan andalan urusan Saka Kwarcab Kota Malang 1999-2004. Kak Kipo juga tergabung dalam pengurus Korps Pelatih Pembina Pramuka Kota Malang 2004-sekarang.
“Bukan menyoal jabatan apa yang diamanahkan kepada kita. Esensi bagi Pramuka sebenarnya adalah peran apa yang bisa kita lakukan sebagai upaya bina masyarakat. Tentunya selain bina diri dan bina satuan yang juga harus terus dilakukan. Ada atau tanpa jabatan,” kata Kak Kipo yang pernah menjadi relawan Gunung Kelud 2014 dan juri final nasional Indonesia Scouts Challenge 2016 di Candi Prambanan, Jogja 2016 ini.
Sikap pro aktif dan anti mengeluh terus direalisasikan Kak Kipo. Dengan sikap itu, beragam tugas kepanitiaan kegiatan Pramuka silih berganti diembankan kepadanya. Pada Raimuna Nasional 2017 di Cibubur, Jakarta, Kak Kipo menjadi narasumber giat orang dewasa bersama Pusdiklatnas Gerakan Pramuka. Dia juga menjadi Lurah Perkemahan Putra Lomba Tingkat IV Regu Pramuka Penggalang Jawa Timur 2017 di Sumberboto, Jombang.
Baginya, Pramuka adalah petualangan hidup. “Bagiku, My Scout My Adventures. Dari Pramuka saya diajarkan banyak hal tentang kemandirian yang luar biasa. Dari kegiatan sehari-hari sejak usia dini hingga sekarang terbiasa mandiri tanpa tergantung dengan orang lain,” jelas Kak Kipo yang pernah menjadi relawan gempa Jogja 2007 dan relawan Gunung Merapi Klaten 2010 ini.
Pelatih Pembina Pramuka yang tinggal di Jalan Peltu Sujono Gang Anggrek 10 Kota Malang ini juga terbiasa dengan aktivitas beres-beres rumah dalam kesehariannya. “Saya selalu berlatih mulia dari kegiatan bersih-bersih rumah, memasak, dan ketrampilan lain yang dibutuhkan dalam kegiatan sehari hari,” terang Kak Kipo.
Dari beragam pengalaman kegiatan Pramuka itu, ada yang sangat berkesan. “Sangat mengesankan pada saat ikut pelatihan yang diselenggarakan oleh militer TNI AD, TNI AL, TNI AU dan POLRI, yang sangat membuat saya menjadi pribadi yang cukup untuk berkompetitisi dengan yang lainnya,” tutur Kak Kipo.
Pengalaman yang cukup banyak hanya didapatkan Kak Kipo di Pramuka. “Saya bisa terjun payung, menyelam, terbang dengan paralayang dan gantole, dan menyeberangi Selat Madura dengan berenang, serta berlayar bagaikan pelaut ulung pernah saya alami . Itu tak akan terlupakan dengan biaya yang cukup minim,” kata Kak Kipo. Kecelakaan maut saat terbang gantole pada tahun 2006 tidak membuat ciut nyalinya untuk berpetualang.
Sementara itu, Kipo adalah nama panggilan sejak kecil yang diberikan oleh seorang mantan tentara Jepang yang tinggal di Malang. “Kipo itu adalah nama anaknya yang meninggal karena bom atum di Hiroshima. Dia tidak mau kembali ke Jepang karena keluarganya habis. Beliau selalu panggil saya Kipo yang mungkin mirip anaknya,” kata Kak Joeli Esmawanto. (ron)