Berkali-kali, terlihat bahwa keberhasilan sebuah usaha direngkuh dari kegigihan yang tiada henti. Kisah sukses seseorang yang sering muncul di media TV, sosial, buku, dan cerita lisan selalu diwarnai oleh kegigihan yang dibangun dari keikhlasan menjalaninya. Kegigihan tersebut terjalani karena kesadaran akan perlunya proses dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Kegigihan dan kesadaran merupakan dua sisi mata uang yang berlangsung secara beriringan.
Lihatlah kisah sukses Bu Susi, menteri hebat yang mampu mereformasi dunia perikanan, terurai karena kegigihan yang dijalankan melalui kesadaran diri. Begitu pula, seorang Chairil Tanjung si anak singkong, sukses dengan aneka bisnis dari TV sampai supermarket akibat kegigihan dan kesadaran. Lihat pula, para penemu teknologi selalu bermula dari kegigihan dan kesadaran.
Dalam dunia kepramukaan, terlihat pelatih muda yang gigih dan sadar akan perannya sehingga mampu mewarnai pelatihan kepramukaan yang diembannya. Gerakan Pramuka tentu tidak akan putus tengah jalan karena ditopang oleh para pelatih muda yang penuh kegigihan dan kesadaran. Pelatih muda itu selalu berproses dalam pengembangan diri di kesempatan apapun. Mereka mengabdikan diri untuk kepentingan pembaharuan kepramukaan.
Banyak ukiran keberhasilan yang ditorehkan pelatih muda itu. Ada buku yang digarapnya dengan mendalam. Ada aneka permainan baru yang mereka rumuskan. Berbagai metode pelatihan mereka eksplorasi menjadi menu latih yang menyenangkan peserta. Kerja sama diikatkan dalam langkah kebersamaan. Itu tergambar di KPD yang dilaksanakan tiga gelombang ini.
Tentu, semua perjalanan pelatih muda itu ada masa kelamnya namun masa kelam itu ditutupi oleh kegigihan dan kesadaran yang tinggi.
Jumlah pelatih muda yang berbakat memang masih terlalu sedikit jika dibandingkan dengan jumlah pembina dan calon pembina. Namun, kiprah yang gigih dan sadar itu memberikan harapan terhadap perkembangan kepramukaan di Indonesia.
Pelatih muda yang demikian itu harus diapresiasi dan jumlahnya harus ditambah. Para senior tentu akan membuka diri untuk mendampingi pelatih muda yang gigih dan sadar itu.
Kemajuan tidak berasal dari sim salabim melainkan, sumber kemajuan berasal dari proses yang terkawal dengan baik. Kepercayaan harus dituangkan sepenuhnya ke dalam talam keyakinan akan munculnya generasi kepelatihan yang baru.
Masih banyak problem kepramukaan yang harus dipecahkan. Masih banyak topik pengabdian yang perlu disentuh. Lalu, masih mengangah kisah sukses yang perlu diwujudkan. Modal untuk itu semua adalah kwgigihan dan kesadaran.
Kepada para pembina dan pelatih, ayo terus mengabdi demi bangsa Indonesia. (Kak Prof. Dr. Suyatno, M.Pd.)