4000 pohon pinus dan salam telah ditanam di kawasan hutan gundul di petak 3C Desa Baledono, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, Minggu (22/12/2019). 427 orang pramuka penggalang dan pramuka penegak mengikuti aksi yang merupakan bagian dari Kemah Bakti Penanaman Hutan II. Mereka berasal dari kabupaten/kota se Jatim.
Kemah Bakti Penanaman Hutan II itu diselenggarakan oleh Satuan Karya Pramuka (Saka) Wanabakti Pasuruan. Setahun sebelumnya, Kemah Bakti Penanaman Hutan edisi pertama sudah dilaksanakan. Kak Mukhamad Fatkhan, Pamong Saka Wanabakti Pasuruan, menjadi figur penting dalam penyelenggaraan dua kali kegiatan itu.
Kak Mukhamad Fatkhan ialah peserta Pelatihan Gudep Ramah Lingkungan Hidup Kwarda Jatim 2018. Dia termasuk perintis Saka Wanabakti Kabupaten Pasuruan. “Saka Wanabakti Pasuruan masih akan penerimaan anggota angkatan III Januari 2020. Program kami banyak dan terbiasa mandiri,” kata Kak Mukhamad Fatkhan, yang lahir pada 25 April 1986 ini.
Pada Kemah Bakti Penanaman Hutan itu, Kak Fatkhan dengan Saka Wanabakti Pasuruannya bermitra dengan banyak pihak. “Kemah Bakti Penanaman Hutan II ini kami selenggarakan bekerja sama dengan Kwarda Jatim, Kwarcab Pasuruan, Perhutani, Dinas Kehutanan Jatim, Saka Wanabakti Jatim, AQUA-Danone dan Cubbie Spot,” tutur lulusan S1 Universitas Negeri Malang tahun 2012 ini.
“Kami tidak pernah mendapat bantuan dana dari siapapun. Saka berbeda dengan gugusdepan yang ada subsidi dari dana BOS atau BOPDA dari pemerintah. Saka kami Insya Allah mandiri,” kata Kak Fatkhan, peserta Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Lanjutan bagi Dewan Kerja 2018 Kwarda Jatim yang lulus dengan predikat garuda, atau peserta terbaik ini.
Peserta Kemah Bakti Penanaman Hutan II ini juga diajak berkontribusi 55 ribu rupiah. “Fee kegiatan ini dengan fasilitas makan 2 kali, stiker, tiska, scarf, piagam, transportasi ke lokasi dan tiket masuk Bromo Forest Area. Ini adalah bentuk kemandirian kami,” ujar Kak Fatkhan, lulusan terbaik Kursus Keterampilan Kepramukaan Kwarda jatim 2019 di Jatijejer, Trawas ini.
Menurut Kak Fatkhan, pada aksi penanaman pohon di hutan yang melibatkan banyak orang ini, perlu penanganan khusus. “Kami harus membekali mereka cara penanaman pohon yang benar. Sebab banyak peserta yang belum pernah menanam pohon sebelumnya,” terang Pamong Saka Wanabakti Pasuruan yang setiap harinya menjadi guru SD ini.
Dia menjelaskan bahwa penentuan jenis pohon juga harus sesuai dengan lahan. “Di lokasi biasanya kami sediakan ajir dengan tanda khusus bila jenis pohon yang ditanam lebih dari satu,” jelas Kak Mukhamad Fatkhan.
Penentuan jenis tanaman pada titik atau lubang tanam harus menyesuaikan dengan bambu ajir yang sudah dipasang sebelumnya. “Pada Kemah Bakti Penanaman Hutan II ini ajir warna putih untuk pohon pinus. Sedangkan ajir warna biru untuk pohon salam. Jarak tanam juga sudah ditentukan,” kata Kak Mukhamad Fatkhan.
Di sela‐sela penanaman hutan ini, Saka Wanabakti Pasuruan juga membagikan bibit gratis kepada warga untuk ditanam pada lahannya dan lahan umum non kawasan hutan. Bibit pohon berjumlah 1.500 batang itu bantuan dari BPDASHL Brantas. Bibit pohon produktif itu juga dibagikan kepada semua peserta KBPH II untuk dapat ditanam di rumah atau sekolahnya.
Pamong Saka Wanabakti Pasuruan Kak Mukhamad Fatkhan mengatakan bahwa Kemah Bakti Penanaman Hutan II ini bertujuan untuk mengembalikan fungsi hutan seperti seharusnya.
“Melalui aksi penanaman hutan ini, semoga bisa meningkatkan cadangan air tanah, meningkatkan produksi oksigen, meminimalkan luapan air serta banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Rejoso, mencegah longsor, memperkokoh struktur tanah dan mencegah bencana alam yang lainnya,” kata Kak Mukhammad Fatkhan.
Mengenai program kerja, Kak Fatkhan menjelaskan bahwa program kerja Saka Wanabakti Pasuruan banyak. “Krida Binawana yang mendominasi. Penanaman, membuat kompos, membuat olahan jamu bubuk jahe, temulawak, kunci suruh dan kunir putih. Kami sudah biasa menjual semua hasil olahan kami,” kata Kak Mukhamad Fatkhan.
Untuk kegiatan Krida Reksawana, Saka Wanabakti Pasuruan biasanya bersama warga ikutserta menjaga hutan dari kebakaran dan mounteneering. Sedangkan pada Krida Gunawana, mereka biasa sosialisasi pemanfaatan hasil hutan dan membuat produk jamu bubuk hasil panen masyarakat hutan. Pada Krida Tatawana, mereka belajar topografi.
Penulis: Mochamad Zamroni