Tengger Bromo – PJ Gubernur Jawatimur Bersama Ketua Kwarda Pramuka Jawa Timur menghadiri undangan tokoh masyarakat Suku Tengger Bromo untuk dinobatkan sebagai Warga Kehormatab Sesepuh Tengger pada Jumat (21/6/2024) di Amphe theater Seruni Point Tengger Bromo.
Dalam perjalanan menuju Lereng Gunung Bromo Kak PJ Gubernur Jatim menyempatkan memantau langsung informasi kebakaran yang ada di lereng Gunung Bromo dari Udara. Alhamdulillah ternyata Kebakaran sudah mulai reda.

Kehadiran PJ Gubernur Jatim dan Ketua Kwarda Pramuka Jatim di sambut Tokoh dan Masyarakat Tengger denga Penuh ke akraban dan Kekeluargaan.
Menurut etimologi, kata ‘tengger’ berasal dari bahasa Jawa dengan arti tegak, diam tanpa bergerak. Apabila dihubungkan dengan kepercayaan masyarakat, tengger juga berasal dari singkatan tengering budi luhur. Ada pula yang menyebut kata Tengger berasal dari gabungan nama leluhur suku Tengger, yaitu Rara Anteng dan Jaka Seger.
Dari berbagai teori mengenai asal usul Suku Tengger, masyarakat percaya bahwa nenek moyang suku tersebut berasal dari Majapahit. Ketika itu, pegunungan Tengger dianggap sebagai tempat suci, dibuktikan melalui Prasasti Walandhit yang berangka tahun 929 Masehi.

Pada momentum ini telah dilaksanakan Yadnya Kasada merupakan upacara adat Suku Tengger yang digelar setiap tahun. Pada tahun ini terdapat acara pengukuhan warga kehormatan yang telah berkiprah bagi Suku Tengger Bromo.
Berikut ini daftar yang dikukuhkan adalah Penjabat Gubernur Jawa Timur, Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Timur, Penjabat Wali Kota Probolinggo, Kapolres Probolinggo, Direktur Utama Bank Jatim.

Pada kesempatan ini Kak Arum Sabil selama ini memang konsen terhadap masalah-masalah tentang sosial kemanusiaan dan alam, yang sesuai dengan isi dasa dharma butir kedua yaitu cinta alam dan kasih sayang sesama manusia, serta sesuai dengan apa yang didawuhkan para kyai, para ulama para habaib bahwa “Apabila kita menyayangi yang di bumi Maka, yang di langit akan menyayangi kita”.
Salah satu yang dapat kita contoh dari perilaku suku Tengger adalah menjaga alam dan linkungan. Misalnya dalam bercocok tanam, mereka menanam di area tebing curam, lereng-lereng yang terjal itu mereka tanami, Itulah teladan suku tengger sebagai pejuang-pejuang yang luar biasa, pekerja keras dan tangguh.

Mereka menjaga dan merawat alam tetap indah sehingga Gunung Bromo ini yang mayoritas isinya masyarakat Tengger tetap mempesona di mata orang-orang yang datang untuk wisata, baik dari mancanegara bahkan dari dunia. Dari gunung Bromo suku Tengger membawa nama baik Indonesia di mata dunia.
“Saya berpesan untuk menjaga kelestarian Gunung Bromo butuh sinergi baik para pengunjung harus memiliki kepedulian, kita datang kesana untuk membuat solusi bukan polusi. Jangan buang sampah sembarangan apalagi melakukan hal-hal yang seharusnya tidak terjadi, seperti membuang puntung rokok atau apapun yang berkaitan dengan api karena rawan kebakaran”terang Kak Arum.
“Selain itu kita harus jaga bersama-sama sikap, perilaku, dan ucapan kepada sesama pengunjung, karena itu sebagai cerminan bangsa Indonesia di mata dunia. Jadi siapapun yang datang kesana harus menjaga ketertiban, kebersihan, keamanan bersama”jelasnya.
“Meskipun kita pengunjung, namun kita juga sebagai tuan rumah ikut serta menjaga nilai-nilai luhur yang sudah dilestarikan disini”imbuhnya.
Gunung Bromo dengan adanya wisata yang terus tumbuh dan berkembang sangat luar biasa, pedagang kaki lima, warung-warung, rest area, pedagang makanan hingga souvenir mainan yang ada di sekitar penginapan itu terus tumbuh berkembang itu akan menjadi nilai ekonomis sendiri bagi masyarakat itu yang harus kita dukung dan kita rawat bersama-sama.
Sesuai dengan semangat pengabdian Pramuka sejalan yang tertuang dalam isi Dasa Darma Pramuka : CINTA ALAM DAN KASIH SAYANG SESAMA MANUSIA, SUCI DALAM PIKIRAN PERKATAAN DAN PERBUATAN SALAM PRAMUKA
Humas Kwarda Jatim